I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan tergantung pada adanya pemasukan air kedalam sel yaitu pasokan air dari jaringan saru kejaringan lainya disuatu lingkungan. Osmose terjadi apabila suatu larutan dipisahkan oleh suatu selaput yang permeabel oleh air. Tekanan osmose merupakan tekanan yang mendorong air untuk berdifusi. Osmose juga merupakan proses fisika difusi (dengan osmosis sebagai bagian khususnya) memainkan peranan yang sangat penting pada fisiologi tumbuhan,sehingga pengertian yang jelas mengebiai proses ini perlu sekali dimiliki, tetapi agar mudah dimengerti, beberapa sifat umum materi harus diperhatikan terlebih dahulu.
Jaringan adalah sekumpulan sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Plasmolisis suatu sel dapat digambarkan pada plasmolisis sekumpulan sel dengan sifat-sifat yang sama. Partikel-partikel ini mempunyai dua sifat yaitu kemampuan untuk bergerak bebas dan kecenderuan untuk partikel yang sama untuk tarik menarik. Kedua sifat ini sangat bertentangan.
Pada awal inspien plasmolisis air keluar dari vakuola hal ini dapat dilihat dari mengkerutnya suatu jaringan keadaan ini bersifat tidak dapat balik. Penyusutan akan berlangsung terus selam,a air yang hilang akan lebih banyak dari sel yang berada pada larutan yang mempunyai potensial osmosis yang tinggi . Sebagai perkiraan dapat dikatakan sebagai kecenderungan untuk gerakan bebas lebih unggul, zat itu akan berada dalam bentuk gas, jika kecenderungan untuk gaya tarik lebih unggul zat itu akan berada dalam bentuk padat.sedangkan jika kedua kecenderungan itu kira-kira sama kuat, zat itu akan berada dalam bentuk cair.
Ada dua faktor penting yang menentukan apakah suatu zat tertentu berkelakuan sebagai zat padat, cair, ataupun gas yaitu mobilitas dasar suatu zat ( misalnya partikel oksigen sangat bersifat mobil, sedang kan sangat saling berikatan kuat ) dan suhu zat itu ( misalnya penggunaan panas dapat mengubah zat cair menjadi gas dengan meningkatkan kemampuan gerakan bebas partikel zat itu ).
B. Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mengukur tekanan osmosis jaringan umbi kentang ( Solanum tuberosum ).
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kentang merupakan tanaman yang berasal dari America selatan, peru dan Bolivia yang diintroduksi keeropa pada tahun 1570 an. Tanaman kentang juga merupakan tanaman semusim. Yang mempunyai perdu batang yang keras, dan umbinya berasal dari modifikasi batang. Bunganya bersifat hemafrodit bersifat protogeni.
Adapun jenis-jenis kentang yang diiusahakan di indonesia yaitu: Patrones, Rapan dan Thum dengan daging dan kulit umbi berwarna kuning. Yang kedua jenis Donata Radosa dengan daging dan kulit umbi berwarna putih, yang ketiga jenis desire dan arka dengan daging berwarna kuning dan kulit berwarna merah.
Syarat tumbuh kentang yaitu : tumbuh baik pada ketinggian 500-2000 m dpl. Dengan curah hujan berkisar 200-300mm/bulannya. Dengan suhu 15 – 20 oC tanaman ini dapat tumbuh dengan baik dan pada kelembaban 80-90%. Tanah yang digunakan untuk menanam kentang pada umumnya perlu pH sekitar 5,5-6,5 lebih atau kurang dari peha tersebut kualitas kentang akan tidak baik. Dalam memproduksi kentang memerlukan sistem draenase dan aerasi yang baik.
Pada hakikatnya tekanan osmose merupakan suatu proses tekanan yang menyebabkan difusi. Osmose juga merupakan difusi dari tiap pelarut melalui suatu selaput yang permeabel secara difertensial. Membran sel yang meloloskan molekul tertentu, tetapi menghalangi melekul lain dikatakan permeabel secara diferensial. Seperti dikatakan diatas, pelarut universal adalah air.
Secara sederhan dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melalui selaput yang permeabel secara diferensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ketempat berkonsentrasi rendah. Pertukaran air antara sel dan lingkungan adala suatu faktor yang sangat penting sehingga memerlukan suatu penamaan khusus yaitu osmosis.
Suatu percobaan yang menunjukan proses osmosis adalah suatu percobaan yang mengamati suatu lubang bawah dari tabung gelas ditutup dengan selaput. Selaput itu berfungsi sebagai membran permeabel secara diferensiasi, yang meloloskan melekul-molekul air secara cepat, tetapi menghalangi molekul yang lebih besar.
Tekanan osmose cairan dapat ditentukan dengan cara mencari suatu larutan yang mempunyai tekanan osmose sama dengan cairan tersebut. Dalam car ini kita dapat mengambil patokan pada terjadinya peristiwa plasmolisis sel.dalam keadan insufisien plasmolisa tekanan osmose cairan sel adalah sam dengan tekanan osmose larutan dalam massa jaringan sel tersebut direndam. Plasmolisa dapt dilihat dibawah mikroskop sebagai suatu percobaan.
Fungsi air sebagai larutan ini penting sekali artinya bagi kehidupan tumbuhan. Struktur molekul protein dan asam nukleat sangat ditentukan dengan adanya molekul air disekitarnya. Aktivitas senyawa lain didalam protoplasma juga sangat ditentukan kandungan air (Kimball, 1998).
Untuk menyatakan status air atau perimbangan air dalam tubuh tumbuhan dapat dilakukan dengan dua cara yang umum digunakan, yaitu satu diantaranya berdasarkan atas energi air didalamnya jaringan tumbuhan yang lazim disebut potensial air, dan ini merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan status air dari jaringan tanaman dengan memakai istilah potensial air.
Suatu jaringan akan mengalami defisit air jika potensial air tersebut kurang atau lebih dari 0 (nol) bar. Cara yang kedua adalah dengan mengukur kuantitas air dari suatu jaringan kandungan airnya dan menyatakan dengan kondisi standart tertentu ( Zuljati, 1997 ).
III. ALAT,BAHAN DAN CARA KERJA
B. Alat dan bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah :
(1). Umbi kentang, (2) air (untuk mencuci atau membasahi bahan yang akan digunakan),(3) larutan sukrosa
Dan alat yang digunakan adalah :
(1). Pipa Pena, (2). Pisau silet, (3). Timbangan analitik, (4). Penggaris, (5) cawan petri, (6). Gelas piala, (7) kertas label.
C. Cara Kerja
Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah :
1. Siapkan 6 buah tabung reaksi/ gelas piala (150 atau 250 ml) masing-masing diisi dengan 100 ml dari larutan berikut ini : air distelisasi,0,0,15; 0,20; 0,25; 0,30; dan 0,35,0,40 dan 0,45. mol larutan sukrosa.
2. Kupas kulit umbi kentang lalu lubangi umbikentang tersebut dengan alat pelubang dengan panjang 4 cm. letakan dalam sebuah wadah tertutup agar tidak terjadi evaporasi.
3. Dengan pisau silet potonglah satu silinder kentang menjadi irisan-irisan tipis dengan tebal 1-2 mm.
4. Bilas irisan kentang denga air destilasi dengan cepat, keringkan dengan kertaspengisap dan timbang. Selanjutnya masukan kedalam salah satu larutan sukrosa yang telah disediakan.lakukan ini pada tiap-tiap silinder kentang untuk masing-masing larutan berikutnya.
5. Setelah 2 hari direndam, keluarkan irisan-irisan tersebut dari masing-masing tabung, lalu keringkan dengan kertas pengisap lalu timbang lakukan ini untuk semua contoh perlakuan
6. Kemudian buat grafik dan plotkan persen perubahan berat pada ordinat dan konsetrasi larutan sukrosa M pada absis
B. Pembahasan
Pada praktikum tekanan osmosis pada jaringan yang diamati adalah perubahan berat yang terjadi setelah kentang direndam dengan aquadest dan larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda-berbeda.Sebelum kentang direndam dengan larutan tersebut pertama kentang tersebut dikupas dengan carter dan dipotong dengan panjang 4 cm, tinggi 0,5 cm dan lebar 1 cm dan ditimbang,Setelah selesai kemudian irisan tersebut dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi larutan aquadest, larutan sukrosa0, 0,15 M, 0,20 M, 0,25 M, 0,30 M, dan 0,35 M,0,40M,0,45M. Kentang tersebut ditahan sampai 30 Menit dengan keadaan tabung reaksi ditutup dengan tangan. Setelah 2 hari kemudian kentang tersebut dikeluarkan dari tabung reaksi dan dilakukan penimbangan kembali .
Tumbuhan tumbuhan tingkat tinggi tersusun dari banyak sel.kumpulan sel yang sama struktur dan fungsinya membentuk jaringan.kumpulan beberapa jaringan akan membentuk organ tumbuhan .sebanyak 80% dari keseluruhan jarngan yang ada dalam tubuh tumbuhan merupakan jaringan parenkimatis,yang terdiri atas sel-sel hidup yang berdinding tipis.jaringan penimbun pada umbi kentang adalah salah satu contoh jaringan parenkimatis.
Pertumbuhan bergantung kepada adanya pemasukan air kedalam sel,yaitu pasokan air dari jaringan yang satu ke jaringan yang lain serta pasokan air dari lingkungan.proses pemasukan air dari lingkungan ke jaringan sangat dipengaruhi oleh tekanan osmosis jaringannya.
Peristiwa plasmolisis satu sel dapat digunakan untuk menggambarkan plasmolisis pada sekumpulan sel dengan sifat-sifat yang sama .sekumpulan sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama dimaksud adalah apabila jaringan kita masukan kedalam suatu seri urutan perlakuan dari larutan sukrosa.kemudian kita tunggu berapa saat.setelah air saling bertukar maka kekenyalan,kelenturan jaringan dapat diukur secara sederhana.pada awal plasmolisis insipen,air keluar dari vakuola.hal ini dapat dilihat dengan menyusutnya jaringan.keadaan penyusutan jaringan ini tak terbalikan.penyusutan akan berlangsung terus,selama air yag hilang lebih banyak lagi dari sel yang berada dalam larutan dengan potensial osmosis negatif.
Pristiwa ini dapat terjadi pada proses pergerakan air dari substrat ke akar.dalam percobaan ini larutan sukrosa diumpamakan sebagai substrat,sedang jaringan diumpamakan sebagai akar.perbedaan tekanan osmosis antara bulu akar dan tanah akan mengakibatkan adanya alran air.apabila tekanan osmosis antara tanah dan bulu akar sama besar ,maka tidak akan terjadi aliran air.jika tekanan/potensial osmosis bulu akar lebih negatif dari pada tanah,maka air akan mengalir dari tanah keakar.dengan kata lain air masuk kedalam tubuh tumbuhan.
Proses ini terjadi sambung menyambung dari akar ke daun sehingga air akan mengalir dari akar ke batang dan selanjutnya kedaun.apabila tanah mengandung senyawa terlarut yang dapat mengakibatkan keluarnya air dari vakuola sel bulu akar,maka sel bulu akar aka kehilangan air.akibatnya air akan keluar dari tubuh tumbuhan.peristiwa ini dapat terjadi misalnya pada saat kita melakukan pemupukan.
Dari semua percobaan yang dilakukan masing-masing kelompok ternyata dapat diketahui bahwa berat kentang tersebut naik atau bertambah.Perubahan berat kentang tersebut yang paling rendah adalah 0,05 dan yang paling tinggi adalah 0,21 dan bila dinyatakan dengan persen yaitu yang paling rendah adalah 2,14 % dan yang paling tinggi adalah 9,4 %.Dari sini dapat kita simpulkan bahwa berat kentang dapat meningkat dengan perendaman dengan aquadest dan larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda-beda dan dengan perlakuan yang sama.
Disini kita juga dapat mengetahui bahwa perubahan berat masing-masing perlakuan berbeda-beda berarti dengan perbedaan tersebut dapat kita simpulkan bahwa perubahan beratnya itu terjadi karena perbedaan larutan yang digunakan pada saat perendaman. Tetapi tidak dapat kita ketahui apakah perbedaan konsentrasi mempengaruhi mana yang terberat dan teringan karena berat yang kita amati tidak berurut sesuai dengan konsentrasi yang digunakan dengan perbedaan 5 M permasing-masing percobaan.Dari hasil yang diketahui perubahan berat yang terbesar sampai yang terkecil yaitu kentang yang direndam dalam aquadest
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam praktikum ini adalah:
1. Pada praktikum jenis dan konsentrasi yang dipakai mempengaruhi berat yang terjadi pada masing-masing percobaan.
2. Perubahan berat terbesar yaitu aquadest
3. Adanya tekanan osmosis pada jaringan
4. perubahan berat masing-masing perlakuan berbeda-beda
5. Dari semua percobaan yang dilakukan masing-masing kelompok ternyata dapat diketahui bahwa berat kentang tersebut naik atau bertambah
Rabu, 22 Desember 2010
jaringan pengangkutan air
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa percobaan telah membuktikan bahwa keadaan air tanaman tergantung atas kecepatan absorbsi air oleh akar dan kehilangan air oleh tranpirasi. Transpirasi sebenarnya tidak lain dari kehilangan air yang disebabkan menguapnya air dari sel-sel tumbuhan dan keluar melalui mulut daun dalam bentuk uap air. Transpirasi yang terjadi secara besar-besaran mengakibatkan kekurangan air bagi tanaman.
Status air dan tumbuhan pada kecepatan relatif penyerapan air oleh akar dan kehilangan air oleh transpirasi menyerupai air yang tidak cukup oleh akar menimbulkan devisit air dalam tumbuhan, termasuk sel-sel daun, suatu devisit yang mengakibatkan penurun evaporasi air dari daun sehingga transpirasi menjadi rendah. Selain itu, transpirasi yang berlebihan juga dapat menimbulkan defisit air. Sistem transportasi bekerja sebagai suatu unit yang cenderung menjaga agar sel tumbuhan selalu dalam keadaan turgit atau segar.
Air sebagai reagen merupakan pelarut bahan organik, anorganik dan gas adalah diperlakukan dalam semua kegiatan fisiologis sel dan jaringan tanaman. Beberapa teori telah mengemukakan adanya kekuatan yang mendorong air naik kedalam batang, kadang-kadang mencapai beberapa puluh meter dari permukaan tanah.
Transportasi air dalam batang tanamn adalah melalui jaringan-jaringan dalam tubuh tanaman. Dan bagai mana pergerakan air kedaun. Kekurangan air menurunkan perkembanganvegetatif dan hasil panen dengan cara mengurangi pengembangan daun dan menurunkan proses fotosintetis.
Penurunan air selama inisiasi pembangunan, penyerbukan aitau perkembangan biji mungkin sangat menurunkan jumlah atau hasil dari produksi tanaman itu sendiri. Jumlah evapotranspirasi dari suatu tajuk tanaman budidaya merupakan fungsi landaian potensial air dari dalam tanah sampai keudara bebas dan tahanan terhadap aliran melalui tanaman atau dari permukaan tanah.
B. Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui jaringan apa yang berfungsi untuk pengangkutan air dari akar kedaun.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Allamanda cathastica merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh didaerah tropis. Umumnya tanaman ni tumbuh didaerah dingin dan cukup air. Tanamn ini tidak dapat tumbuh didaerah tanah yang jenuh atau tergenang karena batang dan daunya akan cepat membusuk, dan tanaman ini juga tidak dapat tumbuh didaerah yang kurang air karena daun da batang nya akan mengerdil.
Tanaman ini juga merupakan tanaman yang mempunyai ciri yaitu dengan bentuk daunya yang menyerupai bentuk payung dengan jumlah daun 3-4 lembar. Tanamn ini merupakan tanaman yang mempunyai bunga berwarna kuning yang bentuknya menyerupai terompet. Dan mempunyai kar tunggang sehingga merupakan tanman dicotyledon. Pada daun muda warna daun yaitu hujau muda sedangkan pada daun tua berwarna hijau tua atau hujau gelap.
Alamanda mempunyai jaringan yang terdiri darai sel-sel yang bentuknya sama dapat juga melakukan fungsi khusus yang dapat juga bersama jaringan lain membentuk fungsi yang lebih kompleks. Pertumbuhan darai tana,mn ini sangat penting pada aktivitas jaringan meristem. Dan jaringanya terbagi dua yang berdasarkan kemampuan untuk tumbuh dan memperbanyak diri yaitu jaringan meristem dan jaringan yang permanen.
Pembuluh xilem berasal dari sel-sel silindris yang biasanya mengarah keujung-ujung. Pada saat matang dinding sel-sel itu melarut dan kandungan sitoplasmiknya mati. Hasilnya adalah pembuluh xilem, saluran bersambung yang tidak mati. Hasilnua adalah pembuluh xilem bersambung dengan transpor air dan mineral keatas (Kimball, 1992).
Xilem dan floem dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel yang hidup yang disebut dengan perisikel. Jaringan vaskuler dan parisikel mebentuk suatu tabung yang disebut stele. Disebelah luar stele terdapat sel-sel endodermis, pada bagian dinding transversalnya dean juga pada dinding radialnya terdapat suberin yang menebal, dikenal dengan pita kaspari.
Suberin mempunyai sifat yang tidak dapat ditembus air, lapisan luar indodermis terdapat beberapa lapisan sel korteks yang bersifat permeabel, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan akan bergerak menuju pembuluh xilem melalui dinding sel korteks tersenut ( Lakitan, 1995 ).
Pergerakan air pada akar melalui linatasan radian dengan konsep apoplas dan simplas, lalu masuk kedalam pembuluh xilem untuk dibawa kedaun, naiknya cairan atau air krena adanya tenaga pendorong (driving force ), hidrasi pada dinding pembuluh xilem untuk dibawa kedaun, hidrasi pada dinding pembuluh yang dilaluinya, dan gaya kohesi antar molekul air yaitu absorbsi aktiv. Terjadi bilamana kelembaban tanah tersebut tinggi dan tumbuhan melakukan transpirasi yang renadah.
Dalam kondisi tersebut, absorbsi air dinyatakan terutama akibat osmosis, walaupun mekanisme lain mungkin terlibat. Yang kedua adalah absorbsi pasif, terjadi bilamana mengalami transpirasi yang sangat tinggi. Pada kondisi tersebut, absorbsi aktif tidak berfungsi kerena gerakan air yang cepat melalui akar akn menghanyutkan solut yang menentukan dalam absorbi aktif. Mungkin juga transpirsi yang cepat menguras air dan menurunkan tekanan turgor dalam sel akar hidur sehingga perembesan solut menjadi menurun. Dalam kondisi transpirasi yang cepat kondisi kehilngan air cenderung melampaui absorbsi, dan kolom air dalm sel pembuluh mengalami tegangan. Dan kemudian tegangan tersebut akan dilanjutkan keakar (Sutami, 1984)
Fungsi air sebagai larutan ini penting sekali artinya bagi kehidupan tumbuhan. Struktur molekul protein dan asam nukleat sangat ditentukan dengan adanya molekul air disekitarnya. Aktivitas senyawa lain didalam protoplasma juga sangat ditentukan kandungan air (Kimball, 1998).
Untuk menyatakan status air atau perimbangan air dalam tubuh tumbuhan dapat dilakukan dengan dua cara yang umum digunakan, yaitu satu diantaranya berdasarkan atas energi air didalamnya jaringan tumbuhan yang lazim disebut potensial air, dan ini merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan status air dari jaringan tanaman dengan memakai istilah potensial air.
Suatu jaringan akan mengalami defisit air jika potensial air tersebut kurang atau lebih dari 0 (nol) bar. Cara yang kedua adalah dengan mengukur kuantitas air dari suatu jaringan kandungan airnya dan menyatakan dengan kondisi standart tertentu ( Zuljati, 1997 ).
III. ALAT BAHAN DAN CARA KERJA
ALAT
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1). gabus, 2). Pisau, 3). Botol selai,
BAHAN
adapun bahan – bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1). Tanamn Alamanda, 2). Vasellin, 3) air.
C. Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini yaitu :
1. Pilih 3 cabang berdaun dari tanman alamanda. Potong cabang-cabang tersebut sedemikian rupa sehingga apabila dimasukan kedalam botol, mak jarak bekas potongan dengan dasar botol 61 cm
2. Kuliti ketiga cabang tersebut sepanjang 3 cm dari bekas potongan
Ø cabang pertama untuk perlakuan kontrol
Ø cabang kedua untuk perlakuan xilem tertutu, yaitu dengan mengolesi ujung cabang bekas potongan dengan vaselin
Ø cabang ketiga untuk perlakuan floem tertutup, yaitu dengan mengolesi bagian yang dikuliti dengan vaslin sampai batas ujung cabang.
3. Ratakan vaslin
4. Isi botol dengan air distilasi, masukan cabang kedalam lubang pada sumbat gabus dan tutupkanlah sumbat tersebut pada botol. Berilah tanda tinggi permukaan air pada saat percobaan dimulai
5. Amati setelah 48 jam dan sesudah 1 minggu. Pengamatan meliputi tinggi permukaan air dan kedalaman cabang tanamn.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel pengamatan :
perlakuan ∆t1 ∆t2
1. kontrol
2. xilem tertutup
3. floem tertutup 2mm
3mm
1mm 6mm
4mm
3mm
B. Pembahasan
Air merupakan senyawa yang dibentuk dalam jumlah yang besar, baik untuk tumbuhan, manusia, maupun hewan. Bagi tumbuhan, air sangat dibutuhkam untuk perkembangan dari tumbuhan ataupun tanaman tersebut. Pada praktikum jaringan pengangkut air mempunyai tujuan yaitu untuk melihat proses transpor air dari akar kedaun melalui xilem.
Status air dan tumbuhan pada kecepatan relatif penyerapan air oleh akar dan kehilangan air oleh transpirasi menyerupai air yang tidak cukup oleh akar menimbulkan devisit air dalam tumbuhan, termasuk sel-sel daun, suatu devisit yang mengakibatkan penurun evaporasi air dari daun sehingga transpirasi menjadi rendah. Selain itu, transpirasi yang berlebihan juga dapat menimbulkan defisit air.
Sistem transportasi bekerja sebagai suatu unit yang cenderung menjaga agar sel tumbuhan selalu dalam keadaan turgit atau segar.Pergerakan air pada akar melalui linatasan radian dengan konsep apoplas dan simplas, lalu masuk kedalam pembuluh xilem untuk dibawa kedaun, naiknya cairan atau air krena adanya tenaga pendorong (driving force ).
Hidrasi pada dinding pembuluh xilem untuk dibawa kedaun, hidrasi pada dinding pembuluh yang dilaluinya, dan gaya kohesi antar molekul air yaitu absorbsi aktiv. Terjadi bilamana kelembaban tanah tersebut tinggi dan tumbuhan melakukan transpirasi yang renadah.
Hasil yang diperoleh dari praktikum terlihat pada tabel hasil praktikum. Diantaranya terdapat keterangan dari perlakuan yaitu kontrol, xilem tertutup dan floem tertutup. Air diserap melalui akar bersama sama dengan unsur hara yang terlarut didalamnya. Untuk dapat diserap molekul-molekul air harus berada pada permukaan akar.
Pada praktikum ini, batang alamanda yang telah dimasukan kedalam botol selai, ditutup dengan vaselin. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya transpirasi secar besar-besaran atau berlebiahan. Transpirasi merupakan proses kehilangan atau hilangnya kandungan air pada tanamn berupa uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata.
Pada Alamanda mempunyai jaringan yang terdiri darai sel-sel yang bentuknya sama dapat juga melakukan fungsi khusus yang dapat juga bersama jaringan lain membentuk fungsi yang lebih kompleks. Pertumbuhan darai tana,mn ini sangat penting pada aktivitas jaringan meristem. Dan jaringanya terbagi dua yang berdasarkan kemampuan untuk tumbuh dan memperbanyak diri yaitu jaringan meristem dan jaringan yang permanen.
Pembuluh xilem berasal dari sel-sel silindris yang biasanya mengarah keujung-ujung. Pada saat matang dinding sel-sel itu melarut dan kandungan sitoplasmiknya mati. Hasilnya adalah pembuluh xilem, saluran bersambung yang tidak mati. Hasilnua adalah pembuluh xilem bersambung dengan transpor air dan mineral keatas (Kimball, 1992).
Xilem dan floem dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel yang hidup yang disebut dengan perisikel. Jaringan vaskuler dan parisikel mebentuk suatu tabung yang disebut stele. Disebelah luar stele terdapat sel-sel endodermis, pada bagian dinding transversalnya dean juga pada dinding radialnya terdapat suberin yang menebal, dikenal dengan pita kaspari.
• Penyerapan secara pasif lebih penting dibanding aktif, alasannya: penyerapan aktif mempunyai banyak kelemahan yaitu
1. Pada beberapa jenis tanaman (gymnospermae) tekanan akar yang merupakan pendukung penyerapan aktif tidak terjadi
2. Tekanan akar juga tidak terjadi pada tanaman yang transpirasinya berlangsung cepat
3. Air eksudasi yang keluar dari ujung batang yang dipotong tajuknya (murni hasil penyerapan aktif) hanya 5% dari total transpirasi
4. Tanaman yang utuh menyerap air lebih banyak daripada yang dipotong tajuknya
5. Tumbuhan hidrofit yang tubuhnya tenggelam, menyerap air dari seluruh tubuhnya
V. KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Hasil yang diperoleh dari praktikum terlihat pada tabel hasil praktikum. Diantaranya terdapat keterangan dari perlakuan yaitu kontrol, xilem tertutup dan floem tertutup.
2. Pada praktikum ini, batang alamanda yang telah dimasukan kedalam botol selai, ditutup dengan vaselin.
3. Pada praktikum jaringan pengangkut air mempunyai tujuan yaitu untuk melihat proses transpor air dari akar kedaun melalui xilem.
4. Xilem dan floem dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel yang hidup yang disebut dengan perisikel. Jaringan vaskuler dan parisikel mebentuk suatu tabung yang disebut stele.
A. Latar Belakang
Beberapa percobaan telah membuktikan bahwa keadaan air tanaman tergantung atas kecepatan absorbsi air oleh akar dan kehilangan air oleh tranpirasi. Transpirasi sebenarnya tidak lain dari kehilangan air yang disebabkan menguapnya air dari sel-sel tumbuhan dan keluar melalui mulut daun dalam bentuk uap air. Transpirasi yang terjadi secara besar-besaran mengakibatkan kekurangan air bagi tanaman.
Status air dan tumbuhan pada kecepatan relatif penyerapan air oleh akar dan kehilangan air oleh transpirasi menyerupai air yang tidak cukup oleh akar menimbulkan devisit air dalam tumbuhan, termasuk sel-sel daun, suatu devisit yang mengakibatkan penurun evaporasi air dari daun sehingga transpirasi menjadi rendah. Selain itu, transpirasi yang berlebihan juga dapat menimbulkan defisit air. Sistem transportasi bekerja sebagai suatu unit yang cenderung menjaga agar sel tumbuhan selalu dalam keadaan turgit atau segar.
Air sebagai reagen merupakan pelarut bahan organik, anorganik dan gas adalah diperlakukan dalam semua kegiatan fisiologis sel dan jaringan tanaman. Beberapa teori telah mengemukakan adanya kekuatan yang mendorong air naik kedalam batang, kadang-kadang mencapai beberapa puluh meter dari permukaan tanah.
Transportasi air dalam batang tanamn adalah melalui jaringan-jaringan dalam tubuh tanaman. Dan bagai mana pergerakan air kedaun. Kekurangan air menurunkan perkembanganvegetatif dan hasil panen dengan cara mengurangi pengembangan daun dan menurunkan proses fotosintetis.
Penurunan air selama inisiasi pembangunan, penyerbukan aitau perkembangan biji mungkin sangat menurunkan jumlah atau hasil dari produksi tanaman itu sendiri. Jumlah evapotranspirasi dari suatu tajuk tanaman budidaya merupakan fungsi landaian potensial air dari dalam tanah sampai keudara bebas dan tahanan terhadap aliran melalui tanaman atau dari permukaan tanah.
B. Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui jaringan apa yang berfungsi untuk pengangkutan air dari akar kedaun.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Allamanda cathastica merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh didaerah tropis. Umumnya tanaman ni tumbuh didaerah dingin dan cukup air. Tanamn ini tidak dapat tumbuh didaerah tanah yang jenuh atau tergenang karena batang dan daunya akan cepat membusuk, dan tanaman ini juga tidak dapat tumbuh didaerah yang kurang air karena daun da batang nya akan mengerdil.
Tanaman ini juga merupakan tanaman yang mempunyai ciri yaitu dengan bentuk daunya yang menyerupai bentuk payung dengan jumlah daun 3-4 lembar. Tanamn ini merupakan tanaman yang mempunyai bunga berwarna kuning yang bentuknya menyerupai terompet. Dan mempunyai kar tunggang sehingga merupakan tanman dicotyledon. Pada daun muda warna daun yaitu hujau muda sedangkan pada daun tua berwarna hijau tua atau hujau gelap.
Alamanda mempunyai jaringan yang terdiri darai sel-sel yang bentuknya sama dapat juga melakukan fungsi khusus yang dapat juga bersama jaringan lain membentuk fungsi yang lebih kompleks. Pertumbuhan darai tana,mn ini sangat penting pada aktivitas jaringan meristem. Dan jaringanya terbagi dua yang berdasarkan kemampuan untuk tumbuh dan memperbanyak diri yaitu jaringan meristem dan jaringan yang permanen.
Pembuluh xilem berasal dari sel-sel silindris yang biasanya mengarah keujung-ujung. Pada saat matang dinding sel-sel itu melarut dan kandungan sitoplasmiknya mati. Hasilnya adalah pembuluh xilem, saluran bersambung yang tidak mati. Hasilnua adalah pembuluh xilem bersambung dengan transpor air dan mineral keatas (Kimball, 1992).
Xilem dan floem dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel yang hidup yang disebut dengan perisikel. Jaringan vaskuler dan parisikel mebentuk suatu tabung yang disebut stele. Disebelah luar stele terdapat sel-sel endodermis, pada bagian dinding transversalnya dean juga pada dinding radialnya terdapat suberin yang menebal, dikenal dengan pita kaspari.
Suberin mempunyai sifat yang tidak dapat ditembus air, lapisan luar indodermis terdapat beberapa lapisan sel korteks yang bersifat permeabel, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan akan bergerak menuju pembuluh xilem melalui dinding sel korteks tersenut ( Lakitan, 1995 ).
Pergerakan air pada akar melalui linatasan radian dengan konsep apoplas dan simplas, lalu masuk kedalam pembuluh xilem untuk dibawa kedaun, naiknya cairan atau air krena adanya tenaga pendorong (driving force ), hidrasi pada dinding pembuluh xilem untuk dibawa kedaun, hidrasi pada dinding pembuluh yang dilaluinya, dan gaya kohesi antar molekul air yaitu absorbsi aktiv. Terjadi bilamana kelembaban tanah tersebut tinggi dan tumbuhan melakukan transpirasi yang renadah.
Dalam kondisi tersebut, absorbsi air dinyatakan terutama akibat osmosis, walaupun mekanisme lain mungkin terlibat. Yang kedua adalah absorbsi pasif, terjadi bilamana mengalami transpirasi yang sangat tinggi. Pada kondisi tersebut, absorbsi aktif tidak berfungsi kerena gerakan air yang cepat melalui akar akn menghanyutkan solut yang menentukan dalam absorbi aktif. Mungkin juga transpirsi yang cepat menguras air dan menurunkan tekanan turgor dalam sel akar hidur sehingga perembesan solut menjadi menurun. Dalam kondisi transpirasi yang cepat kondisi kehilngan air cenderung melampaui absorbsi, dan kolom air dalm sel pembuluh mengalami tegangan. Dan kemudian tegangan tersebut akan dilanjutkan keakar (Sutami, 1984)
Fungsi air sebagai larutan ini penting sekali artinya bagi kehidupan tumbuhan. Struktur molekul protein dan asam nukleat sangat ditentukan dengan adanya molekul air disekitarnya. Aktivitas senyawa lain didalam protoplasma juga sangat ditentukan kandungan air (Kimball, 1998).
Untuk menyatakan status air atau perimbangan air dalam tubuh tumbuhan dapat dilakukan dengan dua cara yang umum digunakan, yaitu satu diantaranya berdasarkan atas energi air didalamnya jaringan tumbuhan yang lazim disebut potensial air, dan ini merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan status air dari jaringan tanaman dengan memakai istilah potensial air.
Suatu jaringan akan mengalami defisit air jika potensial air tersebut kurang atau lebih dari 0 (nol) bar. Cara yang kedua adalah dengan mengukur kuantitas air dari suatu jaringan kandungan airnya dan menyatakan dengan kondisi standart tertentu ( Zuljati, 1997 ).
III. ALAT BAHAN DAN CARA KERJA
ALAT
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1). gabus, 2). Pisau, 3). Botol selai,
BAHAN
adapun bahan – bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1). Tanamn Alamanda, 2). Vasellin, 3) air.
C. Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini yaitu :
1. Pilih 3 cabang berdaun dari tanman alamanda. Potong cabang-cabang tersebut sedemikian rupa sehingga apabila dimasukan kedalam botol, mak jarak bekas potongan dengan dasar botol 61 cm
2. Kuliti ketiga cabang tersebut sepanjang 3 cm dari bekas potongan
Ø cabang pertama untuk perlakuan kontrol
Ø cabang kedua untuk perlakuan xilem tertutu, yaitu dengan mengolesi ujung cabang bekas potongan dengan vaselin
Ø cabang ketiga untuk perlakuan floem tertutup, yaitu dengan mengolesi bagian yang dikuliti dengan vaslin sampai batas ujung cabang.
3. Ratakan vaslin
4. Isi botol dengan air distilasi, masukan cabang kedalam lubang pada sumbat gabus dan tutupkanlah sumbat tersebut pada botol. Berilah tanda tinggi permukaan air pada saat percobaan dimulai
5. Amati setelah 48 jam dan sesudah 1 minggu. Pengamatan meliputi tinggi permukaan air dan kedalaman cabang tanamn.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel pengamatan :
perlakuan ∆t1 ∆t2
1. kontrol
2. xilem tertutup
3. floem tertutup 2mm
3mm
1mm 6mm
4mm
3mm
B. Pembahasan
Air merupakan senyawa yang dibentuk dalam jumlah yang besar, baik untuk tumbuhan, manusia, maupun hewan. Bagi tumbuhan, air sangat dibutuhkam untuk perkembangan dari tumbuhan ataupun tanaman tersebut. Pada praktikum jaringan pengangkut air mempunyai tujuan yaitu untuk melihat proses transpor air dari akar kedaun melalui xilem.
Status air dan tumbuhan pada kecepatan relatif penyerapan air oleh akar dan kehilangan air oleh transpirasi menyerupai air yang tidak cukup oleh akar menimbulkan devisit air dalam tumbuhan, termasuk sel-sel daun, suatu devisit yang mengakibatkan penurun evaporasi air dari daun sehingga transpirasi menjadi rendah. Selain itu, transpirasi yang berlebihan juga dapat menimbulkan defisit air.
Sistem transportasi bekerja sebagai suatu unit yang cenderung menjaga agar sel tumbuhan selalu dalam keadaan turgit atau segar.Pergerakan air pada akar melalui linatasan radian dengan konsep apoplas dan simplas, lalu masuk kedalam pembuluh xilem untuk dibawa kedaun, naiknya cairan atau air krena adanya tenaga pendorong (driving force ).
Hidrasi pada dinding pembuluh xilem untuk dibawa kedaun, hidrasi pada dinding pembuluh yang dilaluinya, dan gaya kohesi antar molekul air yaitu absorbsi aktiv. Terjadi bilamana kelembaban tanah tersebut tinggi dan tumbuhan melakukan transpirasi yang renadah.
Hasil yang diperoleh dari praktikum terlihat pada tabel hasil praktikum. Diantaranya terdapat keterangan dari perlakuan yaitu kontrol, xilem tertutup dan floem tertutup. Air diserap melalui akar bersama sama dengan unsur hara yang terlarut didalamnya. Untuk dapat diserap molekul-molekul air harus berada pada permukaan akar.
Pada praktikum ini, batang alamanda yang telah dimasukan kedalam botol selai, ditutup dengan vaselin. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya transpirasi secar besar-besaran atau berlebiahan. Transpirasi merupakan proses kehilangan atau hilangnya kandungan air pada tanamn berupa uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata.
Pada Alamanda mempunyai jaringan yang terdiri darai sel-sel yang bentuknya sama dapat juga melakukan fungsi khusus yang dapat juga bersama jaringan lain membentuk fungsi yang lebih kompleks. Pertumbuhan darai tana,mn ini sangat penting pada aktivitas jaringan meristem. Dan jaringanya terbagi dua yang berdasarkan kemampuan untuk tumbuh dan memperbanyak diri yaitu jaringan meristem dan jaringan yang permanen.
Pembuluh xilem berasal dari sel-sel silindris yang biasanya mengarah keujung-ujung. Pada saat matang dinding sel-sel itu melarut dan kandungan sitoplasmiknya mati. Hasilnya adalah pembuluh xilem, saluran bersambung yang tidak mati. Hasilnua adalah pembuluh xilem bersambung dengan transpor air dan mineral keatas (Kimball, 1992).
Xilem dan floem dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel yang hidup yang disebut dengan perisikel. Jaringan vaskuler dan parisikel mebentuk suatu tabung yang disebut stele. Disebelah luar stele terdapat sel-sel endodermis, pada bagian dinding transversalnya dean juga pada dinding radialnya terdapat suberin yang menebal, dikenal dengan pita kaspari.
• Penyerapan secara pasif lebih penting dibanding aktif, alasannya: penyerapan aktif mempunyai banyak kelemahan yaitu
1. Pada beberapa jenis tanaman (gymnospermae) tekanan akar yang merupakan pendukung penyerapan aktif tidak terjadi
2. Tekanan akar juga tidak terjadi pada tanaman yang transpirasinya berlangsung cepat
3. Air eksudasi yang keluar dari ujung batang yang dipotong tajuknya (murni hasil penyerapan aktif) hanya 5% dari total transpirasi
4. Tanaman yang utuh menyerap air lebih banyak daripada yang dipotong tajuknya
5. Tumbuhan hidrofit yang tubuhnya tenggelam, menyerap air dari seluruh tubuhnya
V. KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Hasil yang diperoleh dari praktikum terlihat pada tabel hasil praktikum. Diantaranya terdapat keterangan dari perlakuan yaitu kontrol, xilem tertutup dan floem tertutup.
2. Pada praktikum ini, batang alamanda yang telah dimasukan kedalam botol selai, ditutup dengan vaselin.
3. Pada praktikum jaringan pengangkut air mempunyai tujuan yaitu untuk melihat proses transpor air dari akar kedaun melalui xilem.
4. Xilem dan floem dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel yang hidup yang disebut dengan perisikel. Jaringan vaskuler dan parisikel mebentuk suatu tabung yang disebut stele.
permeabilitas sel umbi bit merah
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Absorbsi hara mineral oleh akar tanaman terbagi dalam tiga fase,pertama adalah fase difusi,dimana hara mneral bergerak menuju permukaan sel-sel akar.fase yang melibat kedua adalah pertukaran unsure-unsur hara melalui membrane sel,suatu proses yang melibatkan permeabilitas suatu membrane.sedangkan fase ketiga disebut akumulasi,merupakan fase aktif dimana unsur hara ditimbun didalam vakuola.
Melalui proses difusi berbagai komponen larutan tanah termasuk ion dan molekul bergerak menuju permukaan luar akar yang jumlahnya ditentukan oleh sifat membrane protoplasma..
Permeabilitas adalah suatu sifat atau kemampuan dari suatu membrane untuk dapat dilewati oleh suatu zat.suatu membrane dapat bersifat impermeable atau permeable terhadap suatu zat.ada juga membrane yang bersifat permeable terhadap zat tertentu,tetapi impermeable untuk zat lain.membran yang demikian disebut membrane semi permeable atau differential permeable.
Protoplasma sel adalah contoh membrane yang bersifat semipermeabel ,membrane tersebut dapat dilewati atau permeable terhadap air tetapi tidak dapat dilewati oleh solute terutama yang bermolekul besar seperti senyawa gula,asam amino dan kadang-kadang elektrolit.
Sifat semi permeable dari membrane protoplasma tidaklah sama untuk sel yang satu dengan sel yang lainnya.hal ini tergantung dari susunan kimia dan fisika dari membrane tersebut.untuk sel yang sama dapat juga berbeda sifat semipermeabelnya,melainkan tergantung pada umur sel tersebut dan kondisi lingkungan.
Membran sel merupakan lapisan yang melindungi inti sel dan sitoplasma, serta membungkus organel-organel di dalam sel. Membrane sel merupakan lapisan semi permeable yang mengontrol pertukaran zat-zat, antara bagian dalam sel dan lingkungan luar. Membran sel terdiri dari banyak tipe molekul, dan setiap tipe ini memiliki kegunaan yang berbeda-beda dalam struktur dan fungsinya sebagai penyusun membran. Beberapa contoh dari molekul tersebut adalah : Fosfolipid, Protein, Kolestrol, Glikolipid, dan Glikoprotein. Molekul penyusun membran sel memiliki struktur yang dinamis, dimana komponen-komponennya bergerak dan dapat terikat bersama dalam berbagai bentuk interaksi semi permanen
Membran sel berbentuk “double layer” atau layar ganda dari fosfolipid, dengan ketebalan rata-rata 7 nm. Selain susunan kimianya, membrane sel memiliki sifat yang berhubungan langsung dengan pergerakan air, maupun zat-zat terlarut lainnya. (Anonim, 2010
B. Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap permeabilitas sel-sel umbi bit merah (Beta vulgaris)
II. TINJAUAN PUSTAKA
Membran plasma merupakan batas kehidupan, batas yang memisahkan sel hidup dari sekelilingnya yang mati. Lapisan tipis yang luar biasanya ini tebalnya kira-kira hanya 8 nm dibutuhkan lebih dari 8000 membran plasma mengontrol lalu lintas ke dalam dan ke luar sel yang dikelilinginya. Seperti semua membran biologis, membran plasma memiliki permeabilitas selektif, yakni membran ini memungkinkan beberapa substansi dapat melintasinya dengannya lebih mudah dari pada substansi yang lainnya. Salah satu episode yang paling awal dalam evolusi kehidupan mungkin berupa pembentukan membran yang membatasi suatu larutan yang mempunyai komposisi yang berbeda dari larutan sekelilingnya, tetapi masih bisa melakukan penyerapan nutrien dan pembuangan produk limbahnya. Kemampuan sel untuk membedakan pertukaran kimiawinya ini dengan lingkungannya merupakan hal yang mendasar bagi kehidupan, dan membran plasma inilah yang membuat keselektifan ini bisa terjadi. (Campbell, dkk, 2002). Adanya sifat hidrofobik di bagian tengah lapisan lipid membran plasma menyebabkan membran tersebut tidak mudah ditembus oleh molekul polar, sehingga membran sel mencegah keluarnya komponen-komponen dalam sel yang larut dalam air. Namun, sel juga memerlukan bahan-bahan nutrisi dan membuang limbahnya ke luar sel. Untuk memenuhi kebutuhan ini, sel harus mengembangkan suatu sistem/mekanisme khusus untuk transpor melintasi membran sel. (Subowo, 1995). Diketahui bahwa pada membran sel terdapat lapisan protein yang membentuk struktur globular yang terikat pada permukaan membran yang disebut sebagai protein ekstrinsink, ada juga yang berintegrasi ke dalam membran sebagai protein intrinsink, protein ini melintas membran membentuk kanal protein (protein transport). Kanal protein ini merupakan pori yang hidrofilik yang memungkinkan dilewati bahan terlarut polar seperti ion. (Anonimous, 2008). Membran ini, utamanya tersusun atas protein dan lipida, sedikit karbohidrat. Kandungan protein dan lipida ini bervariasi tergantung dari jenis membran plasma dari organ sel yang bersangkutan (membran sel, mitokondria, kloroplas). Tiga macam lipida polar yang utama adalah fosfolipida, glukolipida dan sedikit sulfolipida. Pada lipida polar, asam lemak yang hidrofobik berorientasi ke bagian dalam membran. Variasi antara panjang dan tingkat ketidakjenuhan (jumlah ikatan rangkap) dari rantai asam lemak berpengaruh terhadap titik cair. (Anonimous, 2008).
Membran sel merupakan permeabel terhadap bagian pelarut larutan secara
eksternal maka interaksi fisiologi dapat terjadi diantara aliran-aliran antara pelarut.
Untuk mengukur berbagai pelarut berbagai membran “nilella transinans” bahwa
membran terutama plasmolemma dan protoplasma yang diplasmolisis mungkin
sangat berbeda dengan sel yang normal kurang atau lebih lumid karena tingkat
volumenya dari protoplas yang diplasmolisi sulit diukur dengan tiap terjadinya.
(Willking, 1989).
Beberapa teori-teori klasik tentang permeabilitas mempunyai kesulitan dalam menjelaskan gejala-gejala yang teramati. Seperti peleburan zat terlarut pada membran oleh pelarut. Semua perrcobaan permeabilitas membran melibatkan sistem yang tidak seimbang yang berubah sepanjang lintasan tidak baik apabila beberapa molekul yang tidak dapat menemdus lubang batas itu. Bermuatan pada membran akan terjadi potensial, untuk potensial ini dinamakan potensial dominan. Dalam hal ini konsentrasi keseimbangan ion dari dua belah sisi membran berbeda. Proses tercapainya keseimbangan dari berbagai keadaan tidak seimbang merupakan contoh termodinamika larutan balik yang terjadi pada sistem biologi. Membran mempunyai dua fungsi yaitu memberikan kerangka luar dari proses kehidupan dan pemisahan sitoplasma menjadi bahang. Membran memisahkan protoplasma menjadi bagian-bagian tetapi pemisahan itu selektif. (Lovelles, 1991).
Membran bukanlah lembaran molekul statis yang terikat kuat di tempatnya.
Membran ditahan bersama terutama oleh interaksi hidrofobik, yang jauh lebih lemah
dari ikatan kovalen. Sebgain besar lipid dan sebagian protein dapat berpindah secara
acak dalam bidang membrannya. Akan tetapi, jarang terjadi suatu molekul bertukar
tempat secara melintang melintasi membran, yang beralih dari satu lapisan fosfolipid
ke lapisan yang lainnya. Untuk melakukan hal seperti itu, bagian hidrofilik molekul
tersebut harus melewati inti hidrofobik membranya. (Campbell, dkk, 2002).
Suatu membran tetap berwujud fluida begitu suhu turun, hingga akhirnya
pada beberapa suhu kritis, fosfolipid mengendap dalam suatu susunan yang rapat dan
membrannya membeku, tak ubahnya seperti minyak babi yang membentuk kerak
lemak ketika lemaknya mendingin. Suhu beku membran tergantung pada komposisi
lipidnya. Membran tetap berwujud fluida pada suhu yang lebih rendah jika membran
itu mengandung banyak fosfolipid dengan ekor hidrokarbon tak jenuh. Karena
adanya kekusutan di tempat ikatan gandanya, hidrokarbon tak jenuh tidak tersusun
serapat hidrokarbon. (Campbell, dkk, 2002).
Membran haruslah bersifat fluida agar dapat bekerja dengan baik, membran
itu biasanya sekental minyak salad. Apabila membran membeku, permeabilitasnya
berubah, dan protein enzimatik di dalamnya mungkin menjadi inaktif. Suatu sel
dapat mengubah komposisi lipid membrannya dalam tingkatan tertentu sebagai
penyesuaian terhadap suhu yang berubah. Misalnya, dalam banyak tumbuhan yang
dapat bertahan pada kondisi yang sangat dingin, persentase fosfolipid tak jenuh
meningkat dalam musim gugur, suatu adaptasi yang menghalangi pembekuan
membran selama musim dingin. (Campbell, dkk, 2002).
Terdapat dua populasi utama protein membran. Protein integral umumnya
merupakan protein transmembran, dengan daerah hidrofobik yang seluruhnya
membentang sepanjang interior hidrofobik membran tersebut. Daerah hidrofobik
protein integral terdiri atas satau atau lebih rentangan asam amino nonpolar. Protein
periferal sama sekali tidak tertanam dalam bilayer lipid, protein ini merupakan
anggota yang terikat secrara longgar pada permukaan membran, sering juga pada
bagian integral yang dibiarkan terpapar. (Campbell, dkk, 2002).
Membran sangat beragam, tapi osmosis terjadi tanpa menghiraukan
bagaimana fungsi membran, sepanjang pergerakan pergerakan linarut lebih dibatasi
dibandingkan dengan pergerakan air. Membran bisa berupa satu lapis bahan yang
lebih mampu melarutkan pelarut daripada partikel linarut, sehingga melewatkan
lebih banyak molekul pelarut daripada partikel linarut. Selapis udara diantara dua
larutan air merupakan pembatas yang menahan sama sekalim perpindahan linarut
yang tidak menguap, yang ketiga berupa saringan (tapis) dengan sejumlah lubang
berukuran tertentu sehingga molekul air dapat melaluinya, tapi partikel linarut yang
lebih besar tidak. (Salisbury dan Ross, 1995).
Pergerakan air yang cepat melintasi antar permukaan ke dalam larutan akan
menciptakan tegangan dalam air yang tertinggal di pori, dan akan menarik air
bersamanya dalam bentuk aliran massa. Mekanisme membran ini menggambarkan
kerumitan alam . (Salisbury dan Ross, 1995). Ada beberapa perbedaan besar antara
karakter permeabilitas pada tanaman yang berbeda tetapi mempunyai prinsip umum
yang sama. Salah satu faktanya adalah komposisi relatif dari daerah lipid dan area
penjaringan terhadap permeabilitas yang berbeda dari tiap tanaman. Pada Chara,
permeabilitas diatur oleh solubilitas lipid pada penyerapan larutan. Sedangkan pada
Beggiataa, ukuran merupakan penentu paling utama. Pada tumbuhan tingkat tinggi
yang memiliki sifat permeabilitas yang sama dengan Chara, solubilitas lipid
merupakan faktor dominan penyerapan walaupun perbedaan kuantitatif dapat
diperhitungkan pada angka penyerapan. (Kimball, 2000).
Model membran uap merupakan contoh membran semipermeabel yang sejati,
padahal semua membran pada tumbuhan harus dapat melewatkan linarut tertentu
saja. Membran seperti itu dikatakan bersifat permeabel diferensial, tidak lagi disebut
semi permeabel sejati. Meskipun membran hidup bersifat permeabel terhadap pelarut
maupun linarut, tapi umumnya jauh lebih permeabel terhadap pelarut. Permeabilitas
membran terhadap linarut membuat keruwetan lagi pada model osmosis,
mempengaruhi laju pergeseran titik keseimbangan secara bertahap (ditentukan oleh
konsentrasi linarut dan tekanan) saat potensial osmotik di kedua sisi membran
berubah, sebagai akibat dari lalu lalangnya partikel linarut. (Salisbury dan Ross,
1995).
III. ALAT,BAHAN DAN CARA KERJA
Alat
- 1 buah gelas piala 2000 ml
- 5 buah gelas piala 500 ml
- 1 buah alat pemotong
- tabung reaksi
Bahan
- umbi bit merah
C. Cara Kerja
A.pengaruh pendinginan
Siapkan 1 potong bit ukuran 0,3 cm x 1 cm x 2,5 cm.kemudian cuci dengan air mengalir selama 5 menit.lalu masukan kedalam freezer selama 30 menit,ambil dengan pinset dan masukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 10 ml air suling,angkat setelah 1 jam.
B.pengaruh pelarutan organik
Siapkan sepotong bit seperti diatas,cuci dengan air yang mengalir selama 5 ment.kemudian masukan potongan bit tersebut kedalam tabung reaksi yang berisi 10 ml metal alcohol 30%.diamkan selama 30 menit,sesudah itu angkat potongan bit dari tabung reaksi.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A.HASIL
Pengaruh pendinginan
-terjadi penghambatan proses metabolisme
-ketika dimasukan air suling ada banyak gelembung di bit tersebut,yang menyebabkan air berubah warna mulai dari waktu 2 menit 45 detk setelah dimasukan kedalam air
-perlahan lahan warna air menjad pekat
Pengaruh pelarutan organic
-metabolisme terjadi seperti biasa
-air berubah ketka kontak /tercampur dengan bit pada waktu 5 detik
-tidak adanya gelembung
-air perlahan-lahan menjadi pekat
B.PEMBAHASAN
Membran sel merupakan lapisan yang mengontrol keluar-masuknya zat antara lingkungan luar dan lingkuangan dalam sel. Memban sel memiliki permeabilitas yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: ukuran solut, kelarutan lemak, derajat ionisasi, pH, dan temperatur. Ukuran solut yang cenderung semakin besar, serta derajat ionisasi yang semakin tinggi menyebabkan kemampuan permeabilitas membran cenderung menurun, sedangkan pengaruh temperature dan pH yang tinggi membuat membran sel menjadi lebih mudah mengalami denaturasi.
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa terdapat empat mekanisme pertukaran zat pada membran sel, yaitu : Difusi, Osmosis, Transport Aktif dan Bulk Transport. Osmosis dapat diasumsikan dengan molekul air yang cukup kecil untuk melewati fosfolipid serta aquaporin. Masuknya air ke dalam sel disebabkan oleh beberapa faktor; contohnya pada sel tumbuhan biasanya dikarenakan oleh potensial air pada dinding sel.
Sedangkan difusi merupakan perpindahan netto suatu molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Perpindahan ini dipicu oleh energi kinetik yang menyebabkan molekul bergerak acak. Setelah mengalami difusi, molekul di dalam sel akan mengalami keseimbangan dan menyebar rata dalam ruang volum sel tersebut. Tekadang, konsentrasi suatu zat yang dibutuhkan oleh sel berada dalam batas yang kurang memadai pada lingkungan luar sel (tanah) dibandingan dengan lingkungan dalamnya. Dalam situasi seperti ini, salah satu protein penyusun sel, yaitu carrier protein, bertugas untuk membawa molekul dan ion dari dalam tanah ke dalam sel dengan melawan gradien konsentrasi. Mekanisme ini biasa disebut sebagai transport aktif (Anonim, 2010).
Pada praktikum kali ini, akan dibahas mengenai pengaruh perlakuan fisik dan kimia terhadap permeabilitas dari membran sel Beta vulgaris (Bit Gula) yang mengandung pigmen betalain. Berdasarkan hasil pengamatan, nilai absorband tertinggi untuk perlakuan fisik panas, diperoleh angka 0,390 pada temperatur 65°C. Dari grafik terlihat bahwa semakin tinggi temperatur yang diberikan pada bit gula, maka warna ungu yang terlarut dalam akuades akan semakin pekat dan nilai absorband semakin tinggi. Nilai absorband yang tinggi ini menunjukkan bahwa jumlah cahaya yang diserap oleh larutan pada panjang gelombang 525 nm cukup besar pula. Maka, semakin tinggi nilai absorband yang terbaca, mengindikasikan bahwa semakin pekat warna larutan yang terbentuk; serta semakin tinggi tingkat kerusakan yang dialami oleh membran sel dengan perlakuan tersebut (banyak pigmen yang keluar dari sel). Berdasarkan hasil penelitian, temperatur toleran optimum bagi membran sel bit gula adalah 30°C-40°C. Pada temperature yang lebih tinggi lagi, membrane sel akan mengalami denaturasi yang secara langsung mempengaruhi permeabilitasnya (Anonim,2010).
Perlakuan beku memberikan nilai absorband yang lebih besar lagi, yaitu : 3,182. Hal ini disebabkan oleh air di sekitar umbi yang berubah bentuk menjadi kristal-kristal es sewaktu perendaman. Kristal-kristal es ini memiliki permukaan yang tajam, sehingga merusak membran sel dan mengoyaknya. Tak hanya sekadar membuat membrane sel terdenaturasi seperti pada perlakuan panas. Akibatnya, pigmen yang terlepas/keluar dari membrane menuju air destilata semakin banyak, dan menimbulkan warna ungu pekat.
Sedangkan pada perlakuan dengan bahan kimia, absorbandsi terbesar adalah perlakuan dengan metanol. Metanol merupakan senyawa alkohol yang bersifat polar dan mudah berikatan dengan membran sel. Ikatan ini menyebabkan senyawa organic penyusun membrane sel menjadi larut (adhesi). Benzen memiliki nilai absorbandsi terendah. Hal tersebut dikarenakan oleh sifat dari benzen yang bertindak sebagai emulsifier dari fosfat dan membrane yang terlarut.
Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapis pembatas yang sangat berbeda komposisi dan strukturnya. Lapisan terluar adalah dinding sel yang tersusun atas selulosa, lignin, dan polisakarida lain. Dinding sel memberikan kekakuan dan memberi bentuk sel tumbuhan. Pada beberapa bagian, dinding sel tumbuhan terdapat lubang yang berfungsi sebagai saluran antara satu sel dengan sel lainnya. Lubang ini disebut plasmodesmata, berdiameter sekitar 60 nm, sehingga dapat dilalui oleh molekul dengan berat molekul sekitar 1000 Dalton. Lapisan dalam sel tumbuhan adalah membran sel
Membran sel terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid. Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat hidrofobik (non polar), kedua lapis molekul tersebut saling berorientasi kedalam, sedangkan bagian kepala bersifat hidrofilik (polar), mengarah ke lingkungan yang berair. Komponen protein terletak pada membran dengan posisi yang berbeda-beda. Beberapa protein terletak periferal, sedangkan yang lain tertanam integral dalam lapis ganda fosfolipid. Membran seperti ini juga terdapat pada berbagai organel di dalam sel, seperti vakuola, mitokondria, dan kloroplas
Komposisi lipid dan protein penyusun membran bervariasi, bergantung pada jenis dan fungsi membran itu sendiri. Namun demikian membran mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu bersifat selektif permeabel terhadap molekul-molekul. Air, gas, dan molekul kecil hidrofobik secara bebas dapat melewati membran secara difusi sederhana. Ion dan molekul polar yang tidak bermuatan harus dibantu oleh protein permease spesifik untuk dapat diangkut melalui membran dengan proses yang disebut difusi terbantu (fasilitated diffusion). Kedua cara pengangkutan ini disebut transpor pasif. Untuk mengangkut ion dan molekul dalam arah yang melawan gradien konsentrasi, suatu proses transpor aktif harus diterapkan. Dalam hal ini protein aktifnya memerlukan energi berupa ATP, ataupun juga digunakan cara couple lewat proses antiport dan symport. Permeabilitas membran tergantung pada fluiditas inti hidrofobik membran dan aktivitas protein pengangkutnya. Oleh karena itu, keadaan lingkungan yang dapat mengganggu keduanya akan mempengaruhi permeabilitas membran terhadap suatu solut.
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1.Berdasarkan hasil percobaan pada praktikum kali ini, diperoleh kesimpulan bahwa perlakuan fisik pada Beta vulgaris berupa pendinginan , dapat merusak struktur membran selnya.
2. terjadi penghambatan proses metabolisme pada proses pendinginan
3. Pembekuan menyebabkan permeabilitas sel menjadi tinggi
4. Metanol adalah senyawa alcohol yang bersifat polar, sehingga mampu melarutkan senyawa organic seperti membrane sel. Membran yang terlarut ini kemudian kehilangan turgiditasnya dan menyebabkan isi sel keluar. Aseton adalah pelarut yang sangat baik untuk berbagai senyawa organic, keluarnya isi sel hamper mirip dengan yang terjadi pada methanol
5. Membran sel terdiri dari fosfolipid bilayer yang memiliki sifat hidrofilik dan hidrofobik. Sifat hidrofilik merupakan sifat polar yang dimiliki oleh bagian kepala membrane (suka air). Sedangkan sifat hidrofobik adalah sifat non-polar yang dimiliki oleh bagian ekor membrane (tidak suka air). Sifat-sifat ini menyebabkan membrane sel menjadi suatu lapisan semi permeable, yang selektif dalam memilih zat-zat yang dapat masuk dari lingkungan luar ke dalam sel.
A. Latar Belakang
Absorbsi hara mineral oleh akar tanaman terbagi dalam tiga fase,pertama adalah fase difusi,dimana hara mneral bergerak menuju permukaan sel-sel akar.fase yang melibat kedua adalah pertukaran unsure-unsur hara melalui membrane sel,suatu proses yang melibatkan permeabilitas suatu membrane.sedangkan fase ketiga disebut akumulasi,merupakan fase aktif dimana unsur hara ditimbun didalam vakuola.
Melalui proses difusi berbagai komponen larutan tanah termasuk ion dan molekul bergerak menuju permukaan luar akar yang jumlahnya ditentukan oleh sifat membrane protoplasma..
Permeabilitas adalah suatu sifat atau kemampuan dari suatu membrane untuk dapat dilewati oleh suatu zat.suatu membrane dapat bersifat impermeable atau permeable terhadap suatu zat.ada juga membrane yang bersifat permeable terhadap zat tertentu,tetapi impermeable untuk zat lain.membran yang demikian disebut membrane semi permeable atau differential permeable.
Protoplasma sel adalah contoh membrane yang bersifat semipermeabel ,membrane tersebut dapat dilewati atau permeable terhadap air tetapi tidak dapat dilewati oleh solute terutama yang bermolekul besar seperti senyawa gula,asam amino dan kadang-kadang elektrolit.
Sifat semi permeable dari membrane protoplasma tidaklah sama untuk sel yang satu dengan sel yang lainnya.hal ini tergantung dari susunan kimia dan fisika dari membrane tersebut.untuk sel yang sama dapat juga berbeda sifat semipermeabelnya,melainkan tergantung pada umur sel tersebut dan kondisi lingkungan.
Membran sel merupakan lapisan yang melindungi inti sel dan sitoplasma, serta membungkus organel-organel di dalam sel. Membrane sel merupakan lapisan semi permeable yang mengontrol pertukaran zat-zat, antara bagian dalam sel dan lingkungan luar. Membran sel terdiri dari banyak tipe molekul, dan setiap tipe ini memiliki kegunaan yang berbeda-beda dalam struktur dan fungsinya sebagai penyusun membran. Beberapa contoh dari molekul tersebut adalah : Fosfolipid, Protein, Kolestrol, Glikolipid, dan Glikoprotein. Molekul penyusun membran sel memiliki struktur yang dinamis, dimana komponen-komponennya bergerak dan dapat terikat bersama dalam berbagai bentuk interaksi semi permanen
Membran sel berbentuk “double layer” atau layar ganda dari fosfolipid, dengan ketebalan rata-rata 7 nm. Selain susunan kimianya, membrane sel memiliki sifat yang berhubungan langsung dengan pergerakan air, maupun zat-zat terlarut lainnya. (Anonim, 2010
B. Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap permeabilitas sel-sel umbi bit merah (Beta vulgaris)
II. TINJAUAN PUSTAKA
Membran plasma merupakan batas kehidupan, batas yang memisahkan sel hidup dari sekelilingnya yang mati. Lapisan tipis yang luar biasanya ini tebalnya kira-kira hanya 8 nm dibutuhkan lebih dari 8000 membran plasma mengontrol lalu lintas ke dalam dan ke luar sel yang dikelilinginya. Seperti semua membran biologis, membran plasma memiliki permeabilitas selektif, yakni membran ini memungkinkan beberapa substansi dapat melintasinya dengannya lebih mudah dari pada substansi yang lainnya. Salah satu episode yang paling awal dalam evolusi kehidupan mungkin berupa pembentukan membran yang membatasi suatu larutan yang mempunyai komposisi yang berbeda dari larutan sekelilingnya, tetapi masih bisa melakukan penyerapan nutrien dan pembuangan produk limbahnya. Kemampuan sel untuk membedakan pertukaran kimiawinya ini dengan lingkungannya merupakan hal yang mendasar bagi kehidupan, dan membran plasma inilah yang membuat keselektifan ini bisa terjadi. (Campbell, dkk, 2002). Adanya sifat hidrofobik di bagian tengah lapisan lipid membran plasma menyebabkan membran tersebut tidak mudah ditembus oleh molekul polar, sehingga membran sel mencegah keluarnya komponen-komponen dalam sel yang larut dalam air. Namun, sel juga memerlukan bahan-bahan nutrisi dan membuang limbahnya ke luar sel. Untuk memenuhi kebutuhan ini, sel harus mengembangkan suatu sistem/mekanisme khusus untuk transpor melintasi membran sel. (Subowo, 1995). Diketahui bahwa pada membran sel terdapat lapisan protein yang membentuk struktur globular yang terikat pada permukaan membran yang disebut sebagai protein ekstrinsink, ada juga yang berintegrasi ke dalam membran sebagai protein intrinsink, protein ini melintas membran membentuk kanal protein (protein transport). Kanal protein ini merupakan pori yang hidrofilik yang memungkinkan dilewati bahan terlarut polar seperti ion. (Anonimous, 2008). Membran ini, utamanya tersusun atas protein dan lipida, sedikit karbohidrat. Kandungan protein dan lipida ini bervariasi tergantung dari jenis membran plasma dari organ sel yang bersangkutan (membran sel, mitokondria, kloroplas). Tiga macam lipida polar yang utama adalah fosfolipida, glukolipida dan sedikit sulfolipida. Pada lipida polar, asam lemak yang hidrofobik berorientasi ke bagian dalam membran. Variasi antara panjang dan tingkat ketidakjenuhan (jumlah ikatan rangkap) dari rantai asam lemak berpengaruh terhadap titik cair. (Anonimous, 2008).
Membran sel merupakan permeabel terhadap bagian pelarut larutan secara
eksternal maka interaksi fisiologi dapat terjadi diantara aliran-aliran antara pelarut.
Untuk mengukur berbagai pelarut berbagai membran “nilella transinans” bahwa
membran terutama plasmolemma dan protoplasma yang diplasmolisis mungkin
sangat berbeda dengan sel yang normal kurang atau lebih lumid karena tingkat
volumenya dari protoplas yang diplasmolisi sulit diukur dengan tiap terjadinya.
(Willking, 1989).
Beberapa teori-teori klasik tentang permeabilitas mempunyai kesulitan dalam menjelaskan gejala-gejala yang teramati. Seperti peleburan zat terlarut pada membran oleh pelarut. Semua perrcobaan permeabilitas membran melibatkan sistem yang tidak seimbang yang berubah sepanjang lintasan tidak baik apabila beberapa molekul yang tidak dapat menemdus lubang batas itu. Bermuatan pada membran akan terjadi potensial, untuk potensial ini dinamakan potensial dominan. Dalam hal ini konsentrasi keseimbangan ion dari dua belah sisi membran berbeda. Proses tercapainya keseimbangan dari berbagai keadaan tidak seimbang merupakan contoh termodinamika larutan balik yang terjadi pada sistem biologi. Membran mempunyai dua fungsi yaitu memberikan kerangka luar dari proses kehidupan dan pemisahan sitoplasma menjadi bahang. Membran memisahkan protoplasma menjadi bagian-bagian tetapi pemisahan itu selektif. (Lovelles, 1991).
Membran bukanlah lembaran molekul statis yang terikat kuat di tempatnya.
Membran ditahan bersama terutama oleh interaksi hidrofobik, yang jauh lebih lemah
dari ikatan kovalen. Sebgain besar lipid dan sebagian protein dapat berpindah secara
acak dalam bidang membrannya. Akan tetapi, jarang terjadi suatu molekul bertukar
tempat secara melintang melintasi membran, yang beralih dari satu lapisan fosfolipid
ke lapisan yang lainnya. Untuk melakukan hal seperti itu, bagian hidrofilik molekul
tersebut harus melewati inti hidrofobik membranya. (Campbell, dkk, 2002).
Suatu membran tetap berwujud fluida begitu suhu turun, hingga akhirnya
pada beberapa suhu kritis, fosfolipid mengendap dalam suatu susunan yang rapat dan
membrannya membeku, tak ubahnya seperti minyak babi yang membentuk kerak
lemak ketika lemaknya mendingin. Suhu beku membran tergantung pada komposisi
lipidnya. Membran tetap berwujud fluida pada suhu yang lebih rendah jika membran
itu mengandung banyak fosfolipid dengan ekor hidrokarbon tak jenuh. Karena
adanya kekusutan di tempat ikatan gandanya, hidrokarbon tak jenuh tidak tersusun
serapat hidrokarbon. (Campbell, dkk, 2002).
Membran haruslah bersifat fluida agar dapat bekerja dengan baik, membran
itu biasanya sekental minyak salad. Apabila membran membeku, permeabilitasnya
berubah, dan protein enzimatik di dalamnya mungkin menjadi inaktif. Suatu sel
dapat mengubah komposisi lipid membrannya dalam tingkatan tertentu sebagai
penyesuaian terhadap suhu yang berubah. Misalnya, dalam banyak tumbuhan yang
dapat bertahan pada kondisi yang sangat dingin, persentase fosfolipid tak jenuh
meningkat dalam musim gugur, suatu adaptasi yang menghalangi pembekuan
membran selama musim dingin. (Campbell, dkk, 2002).
Terdapat dua populasi utama protein membran. Protein integral umumnya
merupakan protein transmembran, dengan daerah hidrofobik yang seluruhnya
membentang sepanjang interior hidrofobik membran tersebut. Daerah hidrofobik
protein integral terdiri atas satau atau lebih rentangan asam amino nonpolar. Protein
periferal sama sekali tidak tertanam dalam bilayer lipid, protein ini merupakan
anggota yang terikat secrara longgar pada permukaan membran, sering juga pada
bagian integral yang dibiarkan terpapar. (Campbell, dkk, 2002).
Membran sangat beragam, tapi osmosis terjadi tanpa menghiraukan
bagaimana fungsi membran, sepanjang pergerakan pergerakan linarut lebih dibatasi
dibandingkan dengan pergerakan air. Membran bisa berupa satu lapis bahan yang
lebih mampu melarutkan pelarut daripada partikel linarut, sehingga melewatkan
lebih banyak molekul pelarut daripada partikel linarut. Selapis udara diantara dua
larutan air merupakan pembatas yang menahan sama sekalim perpindahan linarut
yang tidak menguap, yang ketiga berupa saringan (tapis) dengan sejumlah lubang
berukuran tertentu sehingga molekul air dapat melaluinya, tapi partikel linarut yang
lebih besar tidak. (Salisbury dan Ross, 1995).
Pergerakan air yang cepat melintasi antar permukaan ke dalam larutan akan
menciptakan tegangan dalam air yang tertinggal di pori, dan akan menarik air
bersamanya dalam bentuk aliran massa. Mekanisme membran ini menggambarkan
kerumitan alam . (Salisbury dan Ross, 1995). Ada beberapa perbedaan besar antara
karakter permeabilitas pada tanaman yang berbeda tetapi mempunyai prinsip umum
yang sama. Salah satu faktanya adalah komposisi relatif dari daerah lipid dan area
penjaringan terhadap permeabilitas yang berbeda dari tiap tanaman. Pada Chara,
permeabilitas diatur oleh solubilitas lipid pada penyerapan larutan. Sedangkan pada
Beggiataa, ukuran merupakan penentu paling utama. Pada tumbuhan tingkat tinggi
yang memiliki sifat permeabilitas yang sama dengan Chara, solubilitas lipid
merupakan faktor dominan penyerapan walaupun perbedaan kuantitatif dapat
diperhitungkan pada angka penyerapan. (Kimball, 2000).
Model membran uap merupakan contoh membran semipermeabel yang sejati,
padahal semua membran pada tumbuhan harus dapat melewatkan linarut tertentu
saja. Membran seperti itu dikatakan bersifat permeabel diferensial, tidak lagi disebut
semi permeabel sejati. Meskipun membran hidup bersifat permeabel terhadap pelarut
maupun linarut, tapi umumnya jauh lebih permeabel terhadap pelarut. Permeabilitas
membran terhadap linarut membuat keruwetan lagi pada model osmosis,
mempengaruhi laju pergeseran titik keseimbangan secara bertahap (ditentukan oleh
konsentrasi linarut dan tekanan) saat potensial osmotik di kedua sisi membran
berubah, sebagai akibat dari lalu lalangnya partikel linarut. (Salisbury dan Ross,
1995).
III. ALAT,BAHAN DAN CARA KERJA
Alat
- 1 buah gelas piala 2000 ml
- 5 buah gelas piala 500 ml
- 1 buah alat pemotong
- tabung reaksi
Bahan
- umbi bit merah
C. Cara Kerja
A.pengaruh pendinginan
Siapkan 1 potong bit ukuran 0,3 cm x 1 cm x 2,5 cm.kemudian cuci dengan air mengalir selama 5 menit.lalu masukan kedalam freezer selama 30 menit,ambil dengan pinset dan masukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 10 ml air suling,angkat setelah 1 jam.
B.pengaruh pelarutan organik
Siapkan sepotong bit seperti diatas,cuci dengan air yang mengalir selama 5 ment.kemudian masukan potongan bit tersebut kedalam tabung reaksi yang berisi 10 ml metal alcohol 30%.diamkan selama 30 menit,sesudah itu angkat potongan bit dari tabung reaksi.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A.HASIL
Pengaruh pendinginan
-terjadi penghambatan proses metabolisme
-ketika dimasukan air suling ada banyak gelembung di bit tersebut,yang menyebabkan air berubah warna mulai dari waktu 2 menit 45 detk setelah dimasukan kedalam air
-perlahan lahan warna air menjad pekat
Pengaruh pelarutan organic
-metabolisme terjadi seperti biasa
-air berubah ketka kontak /tercampur dengan bit pada waktu 5 detik
-tidak adanya gelembung
-air perlahan-lahan menjadi pekat
B.PEMBAHASAN
Membran sel merupakan lapisan yang mengontrol keluar-masuknya zat antara lingkungan luar dan lingkuangan dalam sel. Memban sel memiliki permeabilitas yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: ukuran solut, kelarutan lemak, derajat ionisasi, pH, dan temperatur. Ukuran solut yang cenderung semakin besar, serta derajat ionisasi yang semakin tinggi menyebabkan kemampuan permeabilitas membran cenderung menurun, sedangkan pengaruh temperature dan pH yang tinggi membuat membran sel menjadi lebih mudah mengalami denaturasi.
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa terdapat empat mekanisme pertukaran zat pada membran sel, yaitu : Difusi, Osmosis, Transport Aktif dan Bulk Transport. Osmosis dapat diasumsikan dengan molekul air yang cukup kecil untuk melewati fosfolipid serta aquaporin. Masuknya air ke dalam sel disebabkan oleh beberapa faktor; contohnya pada sel tumbuhan biasanya dikarenakan oleh potensial air pada dinding sel.
Sedangkan difusi merupakan perpindahan netto suatu molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Perpindahan ini dipicu oleh energi kinetik yang menyebabkan molekul bergerak acak. Setelah mengalami difusi, molekul di dalam sel akan mengalami keseimbangan dan menyebar rata dalam ruang volum sel tersebut. Tekadang, konsentrasi suatu zat yang dibutuhkan oleh sel berada dalam batas yang kurang memadai pada lingkungan luar sel (tanah) dibandingan dengan lingkungan dalamnya. Dalam situasi seperti ini, salah satu protein penyusun sel, yaitu carrier protein, bertugas untuk membawa molekul dan ion dari dalam tanah ke dalam sel dengan melawan gradien konsentrasi. Mekanisme ini biasa disebut sebagai transport aktif (Anonim, 2010).
Pada praktikum kali ini, akan dibahas mengenai pengaruh perlakuan fisik dan kimia terhadap permeabilitas dari membran sel Beta vulgaris (Bit Gula) yang mengandung pigmen betalain. Berdasarkan hasil pengamatan, nilai absorband tertinggi untuk perlakuan fisik panas, diperoleh angka 0,390 pada temperatur 65°C. Dari grafik terlihat bahwa semakin tinggi temperatur yang diberikan pada bit gula, maka warna ungu yang terlarut dalam akuades akan semakin pekat dan nilai absorband semakin tinggi. Nilai absorband yang tinggi ini menunjukkan bahwa jumlah cahaya yang diserap oleh larutan pada panjang gelombang 525 nm cukup besar pula. Maka, semakin tinggi nilai absorband yang terbaca, mengindikasikan bahwa semakin pekat warna larutan yang terbentuk; serta semakin tinggi tingkat kerusakan yang dialami oleh membran sel dengan perlakuan tersebut (banyak pigmen yang keluar dari sel). Berdasarkan hasil penelitian, temperatur toleran optimum bagi membran sel bit gula adalah 30°C-40°C. Pada temperature yang lebih tinggi lagi, membrane sel akan mengalami denaturasi yang secara langsung mempengaruhi permeabilitasnya (Anonim,2010).
Perlakuan beku memberikan nilai absorband yang lebih besar lagi, yaitu : 3,182. Hal ini disebabkan oleh air di sekitar umbi yang berubah bentuk menjadi kristal-kristal es sewaktu perendaman. Kristal-kristal es ini memiliki permukaan yang tajam, sehingga merusak membran sel dan mengoyaknya. Tak hanya sekadar membuat membrane sel terdenaturasi seperti pada perlakuan panas. Akibatnya, pigmen yang terlepas/keluar dari membrane menuju air destilata semakin banyak, dan menimbulkan warna ungu pekat.
Sedangkan pada perlakuan dengan bahan kimia, absorbandsi terbesar adalah perlakuan dengan metanol. Metanol merupakan senyawa alkohol yang bersifat polar dan mudah berikatan dengan membran sel. Ikatan ini menyebabkan senyawa organic penyusun membrane sel menjadi larut (adhesi). Benzen memiliki nilai absorbandsi terendah. Hal tersebut dikarenakan oleh sifat dari benzen yang bertindak sebagai emulsifier dari fosfat dan membrane yang terlarut.
Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapis pembatas yang sangat berbeda komposisi dan strukturnya. Lapisan terluar adalah dinding sel yang tersusun atas selulosa, lignin, dan polisakarida lain. Dinding sel memberikan kekakuan dan memberi bentuk sel tumbuhan. Pada beberapa bagian, dinding sel tumbuhan terdapat lubang yang berfungsi sebagai saluran antara satu sel dengan sel lainnya. Lubang ini disebut plasmodesmata, berdiameter sekitar 60 nm, sehingga dapat dilalui oleh molekul dengan berat molekul sekitar 1000 Dalton. Lapisan dalam sel tumbuhan adalah membran sel
Membran sel terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid. Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat hidrofobik (non polar), kedua lapis molekul tersebut saling berorientasi kedalam, sedangkan bagian kepala bersifat hidrofilik (polar), mengarah ke lingkungan yang berair. Komponen protein terletak pada membran dengan posisi yang berbeda-beda. Beberapa protein terletak periferal, sedangkan yang lain tertanam integral dalam lapis ganda fosfolipid. Membran seperti ini juga terdapat pada berbagai organel di dalam sel, seperti vakuola, mitokondria, dan kloroplas
Komposisi lipid dan protein penyusun membran bervariasi, bergantung pada jenis dan fungsi membran itu sendiri. Namun demikian membran mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu bersifat selektif permeabel terhadap molekul-molekul. Air, gas, dan molekul kecil hidrofobik secara bebas dapat melewati membran secara difusi sederhana. Ion dan molekul polar yang tidak bermuatan harus dibantu oleh protein permease spesifik untuk dapat diangkut melalui membran dengan proses yang disebut difusi terbantu (fasilitated diffusion). Kedua cara pengangkutan ini disebut transpor pasif. Untuk mengangkut ion dan molekul dalam arah yang melawan gradien konsentrasi, suatu proses transpor aktif harus diterapkan. Dalam hal ini protein aktifnya memerlukan energi berupa ATP, ataupun juga digunakan cara couple lewat proses antiport dan symport. Permeabilitas membran tergantung pada fluiditas inti hidrofobik membran dan aktivitas protein pengangkutnya. Oleh karena itu, keadaan lingkungan yang dapat mengganggu keduanya akan mempengaruhi permeabilitas membran terhadap suatu solut.
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1.Berdasarkan hasil percobaan pada praktikum kali ini, diperoleh kesimpulan bahwa perlakuan fisik pada Beta vulgaris berupa pendinginan , dapat merusak struktur membran selnya.
2. terjadi penghambatan proses metabolisme pada proses pendinginan
3. Pembekuan menyebabkan permeabilitas sel menjadi tinggi
4. Metanol adalah senyawa alcohol yang bersifat polar, sehingga mampu melarutkan senyawa organic seperti membrane sel. Membran yang terlarut ini kemudian kehilangan turgiditasnya dan menyebabkan isi sel keluar. Aseton adalah pelarut yang sangat baik untuk berbagai senyawa organic, keluarnya isi sel hamper mirip dengan yang terjadi pada methanol
5. Membran sel terdiri dari fosfolipid bilayer yang memiliki sifat hidrofilik dan hidrofobik. Sifat hidrofilik merupakan sifat polar yang dimiliki oleh bagian kepala membrane (suka air). Sedangkan sifat hidrofobik adalah sifat non-polar yang dimiliki oleh bagian ekor membrane (tidak suka air). Sifat-sifat ini menyebabkan membrane sel menjadi suatu lapisan semi permeable, yang selektif dalam memilih zat-zat yang dapat masuk dari lingkungan luar ke dalam sel.
Senin, 20 Desember 2010
sifat dan fungsi akar
Sifat-sifat akar:
1. merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah, dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air (hidrotrop), meninggalkan udara dan cahaya.
2. tidak berbuku-buku, jadi juga tidak beruas dan tidak mendukung daun-daun atau sisik-sisik maupun bagian-bagian lainya.
3. warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan.
4. tumbuh terus pada ujungnya, tetapi umumnya pertumbuhannya masih kalah pesat jika dibandingkan dengan bagian permukaan tanah.
5. bentuk ujungnya seringkali meruncing, hingga lebih mudah untuk menembus tanah.
Fungsi akar bagi tumbuhan:
1. memperkuat berdirinya tumbuhan.
2. untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air tersebut dari dalam tanah.
3. mengangkut air dan zat-zat makanan yang sudah diserap ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan.
4. kadang-kadang sebagai tempat untuk penimbunan makanan.
Jenis akar, secara umum, ada dua jenis akar yaitu:
1. Akar serabut. Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan monokotil. Walaupun terkadang, tumbuhan dikotil juga memilikinya (dengan catatan, tumbuhan dikotil tersebut dikembangbiakkan dengan cara cangkok, atau stek). Fungsi utama akar serabut adalah untuk memperkokoh berdirinya tumbuhan.
2. Akar tunggang. Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan dikotil. Fungsi utamanya adalah untuk menyimpan makanan.
Modifikasi akar :
1. Akar napas. Akar naik ke atas tanah, khususnya ke atas air seperti pada genera Mangrove (Avicennia, Soneratia).
2. Akar gantung. Akar sepenuhnya berada di atas tanah. Akar gantung terdapat pada tumbuhan epifit Anggrek.
3. Akar banir. Akar ini banyak terdapat pada tumbuhan jenis tropik.
4.Akar penghisap. Akar ini terdapat pada tumbuhan jenis parasit seperti benalu.
1. merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah, dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air (hidrotrop), meninggalkan udara dan cahaya.
2. tidak berbuku-buku, jadi juga tidak beruas dan tidak mendukung daun-daun atau sisik-sisik maupun bagian-bagian lainya.
3. warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan.
4. tumbuh terus pada ujungnya, tetapi umumnya pertumbuhannya masih kalah pesat jika dibandingkan dengan bagian permukaan tanah.
5. bentuk ujungnya seringkali meruncing, hingga lebih mudah untuk menembus tanah.
Fungsi akar bagi tumbuhan:
1. memperkuat berdirinya tumbuhan.
2. untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air tersebut dari dalam tanah.
3. mengangkut air dan zat-zat makanan yang sudah diserap ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan.
4. kadang-kadang sebagai tempat untuk penimbunan makanan.
Jenis akar, secara umum, ada dua jenis akar yaitu:
1. Akar serabut. Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan monokotil. Walaupun terkadang, tumbuhan dikotil juga memilikinya (dengan catatan, tumbuhan dikotil tersebut dikembangbiakkan dengan cara cangkok, atau stek). Fungsi utama akar serabut adalah untuk memperkokoh berdirinya tumbuhan.
2. Akar tunggang. Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan dikotil. Fungsi utamanya adalah untuk menyimpan makanan.
Modifikasi akar :
1. Akar napas. Akar naik ke atas tanah, khususnya ke atas air seperti pada genera Mangrove (Avicennia, Soneratia).
2. Akar gantung. Akar sepenuhnya berada di atas tanah. Akar gantung terdapat pada tumbuhan epifit Anggrek.
3. Akar banir. Akar ini banyak terdapat pada tumbuhan jenis tropik.
4.Akar penghisap. Akar ini terdapat pada tumbuhan jenis parasit seperti benalu.
tinjauan pustaka ddpt
II.TINJAUAN PUSTAKA
A.TANAMAN
1.SISTEMATIKA
Kerajaan : Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Cucurbitales
Famili :Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus
2.BOTANI
Mentimun adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal di hampir setiap negara. Tanaman ini berasal dari Himalaya, Asia Utara, dan meluas ke seluruh daratan baik tropis atau subtropis. Tanaman ini merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar atau merambat dengan perantaraan alat pemegang seperti ajir atau tali plastik. Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna hijau, lunak dan berbulu dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 m. daunnya berbentuk bulat lebar dengan bagaian ujung yang meruncing berbentuk jantung, kedudukan daun pada batang tanaman berselang seling antara satu daun dengan daun diatasnya. Bunga mentimun berumah satu, karena bunga jantan dan betina letaknya terpisah tetapi masih dalam satu pohon yang sama. Bentuk bunganya mirip terompet dengan mahkota berwarna kuning cerah. Klasifikasi botani tanaman menitmun adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatohhyta; Sub divisi : Angiospermae; Kelas : Dicotyledonae; Keluarga : Cucubitaceae; Genus : Cucumis, Spesies : Cucumis sativus L.Di Indonesia tanaman mentimun umumnya diusahakan di dataran rendah, dengan berbagai nama, seperti timun (Jawa), bonteng (Jawa Barat), temon atau antemon (Madura), ketimu atau antimun (Bali), hantimun (Lampung) dan Timon (Aceh). Budidaya mentimun di Indonesia berkembang hampir di setiap propinsi. Pada tahun 2004 luas panen mentimun secara nasional mencapai 50.352 ha dengan produksi 447.716 ton.Buah mentimun dikonsumsi baik dalam bentuk segar maupun olahan, seperti acar, asinan, dll. Seringkali buah mentimun dimanfaatkan untuk perawatan kecantikan dan pengobatan tradisional, misalnya memperlancar buang air kecil dan menurunkan darah tinggi. Untuk keperluan konsumsi buah mentimun dipanen muda.
Ditinjau dari komposisi kimianya, nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini merupakan sumber vitamin dan mineral seperti kalsium, fosfor, kalium dan besi di samping vitamin A, B, dan C. Kandungan gizi buah mentimun tiap 100 gr bahan mentah (segar) dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Varietas yang diusahakan
Berdasarkan permukaan kulit buahnya, mentimun dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan, yakni golongan mentimun dengan permukaan kulit buah yang birbintil menyerupai jerawat terutama di bagian pangkal buahnya dan mentimu krai yang permukaan kulit buahnya halus. Golongan mentimun dengan kulit buah yang berbintil dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :
1) Mentimun biasa yang memiliki kulit buah tipis dan lunak. Buah mudanya berwarna hijau keputihan dan setelah tua berubah menjadi coklat.
2) Mentimun watang yang dicirikan dengan kulit buahnya yang tebal dan agak keras. Buah mudanya berwarna hijau keputihan dan setelah tua menjadi kuning tua.
3) Mentimun wuku yang dicirikan dengan kulit buahnya yang agak tebal. Buah mudanya berwarna agak coklat.
Golongan mentimun dengan kulit buah halus, dibedakan menjadi 2 golongan yaitu 1) Mentimun Krai besar, memiliki buah dengan ukuran besar dan rasa sama dengan timun biasa.2) Mentimun Suri, memiliki buah yang berukuran lebih besar dibanding mentimun Krai besar dan berbentuk lonjong oval.
Beberapa varietas mentimun hibrida yang komersial dan banyak diusahakan oleh petani adalah Asian star 22, Farmer 368, Hercules 56, Spring swallow, Pretty swallow, Susu S251, Merry Swallow, Shout Swallow. Sedangkan beberapa varietas mentimun OP antara lain Saturnus, Mars, Pluto, Venus dan varietas lokal. Jenis mentimun yang berkembang di daerah adalah kultivar lokal seperti Dawuan, Kasokandel, Brebes, Kairo, Haji Kairo, Madura I, Madura II dan Mentimun Suri.
3. SYARAT TUMBUH
a. Iklim · Ketinggian tempat : 1 m - 1.000 m di atas permukaan laut · Curah hujan tahunan : 800 mm - 1.000 mm/tahun · Bulan basah (di atas 100 mm/bulan) : 5 bulan - 7 bulan · Bulan kering (di bawah 60 mm/bulan) : 4 bulan - 6 bulan · Suhu udara : 170 C - 230 C · Kelembapan : sedang · Penyinaran : sedang - tinggi b. Tanah · Tekstur : lempung · Drainase : baik · Kedalaman air tanah : 50 cm - 200 cm dari permukaan tanah · Kedalaman perakaran : di atas 15 cm dari permukaan tanah · Kemasaman (pH) : 5,5 - 6,8 · Kesuburan : tinggi 2. Pedoman Bertanam a. Pegolahan Tanah · Pencangkulan tanah sedalam 30 cm lalu diratakan, dibuat bedengan ukuran 120 cm x (300 - 500) cm. · Pada bedengan dibuat lubang dan diberi pupuk kandang 1 kg - 2 kg/lubang. b. Persiapan Bibit · Tanaman mentimun dapat diperbanyak dengan biji. c. Penanaman · Biji ditanam langsung ke dalam lubang tanam. Setiap lubang diberi 2 butir - 3 butir. · Jarak tanam 50 cm x 100 cm · Sediakan turus untuk merambat mentimun.
B.PENYAKIT
Penyakit Bercak daun bersudut
1.GEJALA SERANGAN
Gejala : daun berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan berat seluruh daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu,
2.PENYEBAB
Penyebab : cendawan Pseudomonas lachrymans
3.DAUR PENYAKIT
Menyebar pada saat musim hujan,atau saat ada hujan yang turun begitu panjang di saat bulan penanaman.
A.TANAMAN
1.SISTEMATIKA
Kerajaan : Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Cucurbitales
Famili :Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus
2.BOTANI
Mentimun adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal di hampir setiap negara. Tanaman ini berasal dari Himalaya, Asia Utara, dan meluas ke seluruh daratan baik tropis atau subtropis. Tanaman ini merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar atau merambat dengan perantaraan alat pemegang seperti ajir atau tali plastik. Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna hijau, lunak dan berbulu dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 m. daunnya berbentuk bulat lebar dengan bagaian ujung yang meruncing berbentuk jantung, kedudukan daun pada batang tanaman berselang seling antara satu daun dengan daun diatasnya. Bunga mentimun berumah satu, karena bunga jantan dan betina letaknya terpisah tetapi masih dalam satu pohon yang sama. Bentuk bunganya mirip terompet dengan mahkota berwarna kuning cerah. Klasifikasi botani tanaman menitmun adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatohhyta; Sub divisi : Angiospermae; Kelas : Dicotyledonae; Keluarga : Cucubitaceae; Genus : Cucumis, Spesies : Cucumis sativus L.Di Indonesia tanaman mentimun umumnya diusahakan di dataran rendah, dengan berbagai nama, seperti timun (Jawa), bonteng (Jawa Barat), temon atau antemon (Madura), ketimu atau antimun (Bali), hantimun (Lampung) dan Timon (Aceh). Budidaya mentimun di Indonesia berkembang hampir di setiap propinsi. Pada tahun 2004 luas panen mentimun secara nasional mencapai 50.352 ha dengan produksi 447.716 ton.Buah mentimun dikonsumsi baik dalam bentuk segar maupun olahan, seperti acar, asinan, dll. Seringkali buah mentimun dimanfaatkan untuk perawatan kecantikan dan pengobatan tradisional, misalnya memperlancar buang air kecil dan menurunkan darah tinggi. Untuk keperluan konsumsi buah mentimun dipanen muda.
Ditinjau dari komposisi kimianya, nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini merupakan sumber vitamin dan mineral seperti kalsium, fosfor, kalium dan besi di samping vitamin A, B, dan C. Kandungan gizi buah mentimun tiap 100 gr bahan mentah (segar) dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Varietas yang diusahakan
Berdasarkan permukaan kulit buahnya, mentimun dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan, yakni golongan mentimun dengan permukaan kulit buah yang birbintil menyerupai jerawat terutama di bagian pangkal buahnya dan mentimu krai yang permukaan kulit buahnya halus. Golongan mentimun dengan kulit buah yang berbintil dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :
1) Mentimun biasa yang memiliki kulit buah tipis dan lunak. Buah mudanya berwarna hijau keputihan dan setelah tua berubah menjadi coklat.
2) Mentimun watang yang dicirikan dengan kulit buahnya yang tebal dan agak keras. Buah mudanya berwarna hijau keputihan dan setelah tua menjadi kuning tua.
3) Mentimun wuku yang dicirikan dengan kulit buahnya yang agak tebal. Buah mudanya berwarna agak coklat.
Golongan mentimun dengan kulit buah halus, dibedakan menjadi 2 golongan yaitu 1) Mentimun Krai besar, memiliki buah dengan ukuran besar dan rasa sama dengan timun biasa.2) Mentimun Suri, memiliki buah yang berukuran lebih besar dibanding mentimun Krai besar dan berbentuk lonjong oval.
Beberapa varietas mentimun hibrida yang komersial dan banyak diusahakan oleh petani adalah Asian star 22, Farmer 368, Hercules 56, Spring swallow, Pretty swallow, Susu S251, Merry Swallow, Shout Swallow. Sedangkan beberapa varietas mentimun OP antara lain Saturnus, Mars, Pluto, Venus dan varietas lokal. Jenis mentimun yang berkembang di daerah adalah kultivar lokal seperti Dawuan, Kasokandel, Brebes, Kairo, Haji Kairo, Madura I, Madura II dan Mentimun Suri.
3. SYARAT TUMBUH
a. Iklim · Ketinggian tempat : 1 m - 1.000 m di atas permukaan laut · Curah hujan tahunan : 800 mm - 1.000 mm/tahun · Bulan basah (di atas 100 mm/bulan) : 5 bulan - 7 bulan · Bulan kering (di bawah 60 mm/bulan) : 4 bulan - 6 bulan · Suhu udara : 170 C - 230 C · Kelembapan : sedang · Penyinaran : sedang - tinggi b. Tanah · Tekstur : lempung · Drainase : baik · Kedalaman air tanah : 50 cm - 200 cm dari permukaan tanah · Kedalaman perakaran : di atas 15 cm dari permukaan tanah · Kemasaman (pH) : 5,5 - 6,8 · Kesuburan : tinggi 2. Pedoman Bertanam a. Pegolahan Tanah · Pencangkulan tanah sedalam 30 cm lalu diratakan, dibuat bedengan ukuran 120 cm x (300 - 500) cm. · Pada bedengan dibuat lubang dan diberi pupuk kandang 1 kg - 2 kg/lubang. b. Persiapan Bibit · Tanaman mentimun dapat diperbanyak dengan biji. c. Penanaman · Biji ditanam langsung ke dalam lubang tanam. Setiap lubang diberi 2 butir - 3 butir. · Jarak tanam 50 cm x 100 cm · Sediakan turus untuk merambat mentimun.
B.PENYAKIT
Penyakit Bercak daun bersudut
1.GEJALA SERANGAN
Gejala : daun berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan berat seluruh daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu,
2.PENYEBAB
Penyebab : cendawan Pseudomonas lachrymans
3.DAUR PENYAKIT
Menyebar pada saat musim hujan,atau saat ada hujan yang turun begitu panjang di saat bulan penanaman.
Langganan:
Postingan (Atom)